Manfaat Berbuat Baik Kepada Orang Lain

Oleh A. Zainal Mutaqin

HUKUM kekekalan energi dalam teori ilmu fisika berbunyi “Energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, energi hanya dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya.“

Jika perbuatan baik adalah sebuah energi, maka orang yang melemparkan kebaikan kepada manusia/alam sejatinya tidak akan musnah/hilang, tetapi akan kembali lagi kepada si pengirim dalam bentuk kebaikan yang lain.

Senada dengan teori diatas, Allah –subhanahu wa ta’ala– telah berjanji kepada siapa saja yang mau berbuat kebaikan dengan sabda-Nya yang berbunyi:

“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah (biji atom), niscaya dia akan menerima (balasan)nya.” (QS. Al-Zalzalah: 7)

“Jika kalian berbuat baik (berarti) kalian berbuat baik untuk dirimu sendiri, Dan jika kalian berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri”.. (QS. Al Isra : 7).

Terlepas dari perbedaan antara perbuatan baik dan perbuatan benar, dalam pembahasan kali ini perbuatan baik yang dimaksud adalah sebuah perbuatan yang mendatangkan sebuah manfaat. Tentunya dalam standar yang telah Allah –subhanahu wa ta’ala– tetapkan. Karena banyak perbuatan baik di dunia ini yang bertentangan dengan nilai-nilai kebenaran hakiki.

Contohnya, di era sekarang pacaran sebelum nikah adalah sebuah kebaikan, namun sayangnya Allah –subhanahu wa ta’ala– melalui lisan Rasul-Nya telah menetapkan bahwa pacaran (zina) adalah suatu kejahatan tingkat tinggi yang pelakunya terancam hukuman yang berat baik di dunia maupun di akhirat.

Jadi, perbuatan baik disini contohnya menolong orang lain yang sedang terkena musibah, membantu saudara yang membutuhkan hingga sekedar menampakkan wajah berseri dan senyum tulus ketika bertemu dengan teman.

Sedangkan manfaat langsung yang akan diterima oleh pelaku kebaikan, diantaranya;

Pertama, Melembutkan hati. Diriwayatkan dari Abu Hurairah –radhiyallahu ‘anhu– bahwasanya seseorang mengadu kepada Nabi –sallallahu ‘alaihi wa sallam– tentang hatinya yang keras. Lalu Beliau pun bersabda, “Jika engkau ingin agar hatimu menjadi lunak, maka berilah makan orang miskin dan usaplah kepala anak yatim.” (HR. Ahmad)

Kedua, mengobati kesedihan, rasa sesak di dada dan kegelisahan. Seperti yang telah dikatakan oleh Dr. Aidh al-Qarni pengarang buku Laa Tahzan bahwa perbuatan baik dapat melapangkan dada yang sempit.

Karena sudah menjadi kesepakatan umum bahwa jika kita melakukan kebaikan maka saat itu juga hati kita akan merasa bahagia, dan rasa bahagia itu akan menghapus kegelisahan, kesedihan, ketidak khusyuan dan melapangkan dada. Memang demikianlah tabiat hati nurani manusia, ada perasaaan senang tak terkira jika mampu membantu orang lain yang sangat membutuhkan.

Ketiga, Menghilangkan kesombongan dan rakus akan harta. Jika kita merasa ada penyakit takabur dan rakus dalam hati ini, maka banyak-banyaklah berbuat baik pada orang lain contohnya dengan ikut merasakan kesedihan yang tengah dialami oleh sesama kita (empati). In sya Allah sedikit demi sedikit sifat takabbur dan tamak akan hilang dengan sendirinya.

Maka dari itu marilah kita berbuat baik sebanyak-banyaknya. Bershabar atas kejahatan yang dilakukan orang lain terhadap kita. Karena keshabaran itu adalah setinggi-tingginya akhlaq dan induk dari semua sifat-sifat baik.

Jabir –radhiyallau ‘anhuma- bercerita bahwa Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wasallam  bersabda, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” (HR. Thabrani)

Wallahu a’lam.